Ingin Mengubah Kebiasaan? Ini Kuncinya! - Sekolah.mu

Ingin Mengubah Kebiasaan? Ini Kuncinya!

Published
Categorized as News, Pilihan

Apakah kamu selalu menjalani hari dengan tertib sesuai jadwal? Ataukah kamu lebih spontan dalam berkegiatan? Apa pun pola aktivitasmu, ada satu hal yang perlu diperhatikan: kebiasaan alias habit akan selalu membentuk dirimu. 

 

Dalam bukunya The Power Of Habit: Why we do what we do and how to change, Charles Duhigg memaparkan betapa kuatnya dampak kebiasaan terhadap otak manusia. Ingin membentuk kebiasaan baru yang lebih baik untukmu? Yuk, baca apa kata Duhigg dalam bukunya!

 

Bagaimana sih kebiasaan itu terbentuk?

 

Duhigg membagi tiga hal penting dalam pembentukan kebiasaan: cue atau isyarat; routine atau rutinitas; dan reward alias penghargaan. Cue adalah pemicu yang membuat otak masuk ke mode otomatis dan memilih kebiasaan mana yang akan dijalani. Lalu, ada rutinitas yang bisa berupa kegiatan fisik, mental, atau emosional. Terakhir, ada reward yang membuat otak menilai apakah pola ini cukup berharga untuk dilakukan kembali di masa depan. 

 

Ada satu hal lagi yang membentuk kebiasaan: craving atau keinginan yang bikin ketagihan. Istilah populernya, ngidam. 



Di manakah kebiasaan terpola?

Salah satu penelitian penting tentang syaraf dan kebiasaan dilakukan pada Eugene Pauly yang kehilangan memorinya akibat virus. Eugene tak bisa mengingat apa yang terjadi pada dirinya: berapa tahun usianya, siapa saja anak-anaknya, bahkan apakah ia sudah makan atau belum. Namun, Eugene bisa berjalan kaki di lingkungan rumahnya lalu kembali pulang tanpa tersesat. 

 

Saintis menemukan, bagian basal ganglia dari otak kita berfungsi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari secara otomatis. Misalnya, bangun tidur lalu mandi dan beribadah. Pola ini terbentuk dalam otak–dan makin sering kita menjalankannya, makin “tebal” pula pola itu tercetak. Ini menjelaskan bagaimana Eugene masih bisa berjalan-jalan lalu pulang–sebuah kebiasaan yang tercetak di bangsal ganglia-nya sebelum kehilangan memori. 

 

Yang menarik, pola-pola di bangsal ganglia bisa diubah, lho! Inilah kenapa kita bisa membuat kebiasaan baru. Dengan mengerti terbentuknya pola cue-routine-reward, kita bisa secara sadar mengganti kebiasaan lama yang mungkin kurang baik. 

Mau dong mengubah kebiasaanku…

 

Duhigg bilang, kita enggak bisa menghapus kebiasaan, nih. Tapi kita bisa banget mengubahnya jadi kebiasaan baru. Pakai cue yang sama, reward yang sama, tapi ubah kebiasaan rutinmu!

 

Gimana kalau kita yang tadinya malas olahraga pengen banget bisa hidup lebih aktif?

 

Pertama, tentu butuh cue yang spesifik, bisa berupa waktu atau selesainya kegiatan lain. Misalnya, tiap pulang kantor. Yang tadinya cuma nongkrong atau langsung istirahat, sekarang diganti harus olahraga. 

 

Kedua, tentu jalankan kegiatan itu secara rutin. Ketika kita mulai menjalani olahraga dengan rutin, kita mendapatkan reward terselubung: luapan endorfin atau sense of accomplishment. Lama kelamaan, otak bagaikan “ngidam” luapan endorfin ini. Maka cue tidak hanya jadi pemicu untuk menjalankan kegiatan rutin, tapi juga memicu rasa ngidam akan reward-nya. 

 

Jadi, bisa banget lho kita secara sadar terus membentuk kebiasaan baru yang lebih baik. Better habit, better you, better impact on your surroundings!






Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *