Yuk, Jadi Lebih Bahagia Tanpa Menunda
Pernahkah kamu merasa sulit sekali memulai kegiatan yang harus dikerjakan? Kadang kita terjebak dengan lima menit lagi, deh, tahu-tahu waktu sudah berlalu sementara tugas kita masih belum juga tersentuh. Yuk, belajar untuk lebih bahagia tanpa menunda!
Menunda adalah penangguhan yang disengaja di awal atau tengah masa pengerjaan sebuah tugas, disertai rasa tidak nyaman karena menunda. Dengan kata lain, seseorang dengan sengaja menunda dan merasa tidak enak karenanya. Bahkan menurut Procrastination and Science, orang yang gemar menunda 70% lebih tidak bahagia, lho.
Kebiasaan menunda-nunda ini ternyata bukan hal kecil, lho. Profesor dari DePaul University Chicago, Joseph Ferrari, menyebutkan bahwa 20% orang dewasa di Amerika Serikat adalah penunda-nunda akut. Tapi jangan kuatir, belum tentu kita masuk ke dalam kategori itu.
Bagaimana cara tahu masuk golongan apakah kita?
“Everyone procrastinates, but not everyone is a procrastinator,” kata Ferrari.
Kebiasaan menunda bisa masuk gangguan psikologis, lho. Kebiasaan menunda akut bukanlah tentang manajemen waktu yang buruk–ini adalah tendensi sabotase diri yang menghalangi kita meraih potensi optimal.
Ada bedanya, nih, antara penunda akut dengan orang biasa. Orang biasa berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Mereka punya identitas diri yang kuat dan percaya diri. Mereka tidak begitu khawatir dengan “penghargaan sosial” atau bagaimana orang menyukai kita. Biarpun menunda, ia tahu bahwa ia harus menyelesaikan sebuah tugas–dan siap mendapat konsekuensi tatkala gagal menyelesaikannya.
Ferrari membagi penunda ke dalam tiga jenis. Para pencari sensasi yang menyukai tantangan (the power of kepepet!); penghindar, yang menunda untuk menghindari penilaian orang lain akan performanya; dan orang-orang bimbang, yang sulit membuat keputusan karena terlalu banyak pertimbangan.
Karakteristik penunda ini bisa terkait juga dengan gangguan psikologis lainnya, nih. Jika menemukan dirimu terlarut dalam kebiasaan menunda dan kesulitan untuk mengatasinya, segera cari bantuan profesional, ya.
Tackle the nagging task!
Dalam buku The Happiness Project, Gretchen Rubin menjelaskan bahwa salah satu sumber kebahagiaan yang ia temui adalah ketika ia stop menunda-nunda. Yuk, berbagi tips untuk mengatasi menunda!
Baca juga: Susah Fokus? Terapkan Teknik Pomodoro untuk Kerja Lebih Efektif!
- Mulai dalam 5 detik
Memulai adalah bagian paling susah. Untuk menyiasatinya, coba hitung mundur dari 5. Di angka 1, kita sudah harus memulai tugas yang mesti dikerjakan. Dengan memberikan batasan waktu yang singkat, kita tak punya cukup alasan untuk menunda-nunda.
- Cobalah selama 1 menit
Banyak tugas kecil yang sebenarnya bisa selesai dalam waktu semenit saja. Rubin berbagi tips berharga ini: jika sebuah tugas bisa selesai dalam waktu semenit, langsung lakukan! Membuang sampah, membalas e-mail, atau menggantung baju yang berserakan di lantai. Jika tugas-tugas kecil ini selesai, sense of accomplishment-mu juga akan terpenuhi, lho.
- Tinjau dalam 5 menit
Bagaimana untuk tugas lain yang butuh waktu lebih lama? Lihat reaksi kita. Jika dalam 5 menit benar-benar tak sanggup, maka berhentilah. Namun, dalam waktu lima menit, biasanya kita sudah terbawa ritme bekerja sehingga bisa menyelesaikan tugas.
- Alokasikan Power Hour
Rubin mengalokasikan satu jam dalam seminggu untuk menyelesaikan tugas. Ia menyebutnya sebagai Power Hour. Kita bisa mendaftar hal-hal yang harus diselesaikan dan mengerjakannya dalam satu jam itu sekaligus. Walaupun terlihat sebentar (kita punya 168 jam dalam seminggu!), ternyata banyak tugas yang bisa diselesaikan lho ketika kita fokus dalam satu jam saja.
Yuk, kita belajar memanfaatkan waktu lebih baik, agar kita lebih bahagia tanpa menunda!