Hindari Konflik Peran, Perempuan Harus Berkembang! - Sekolah.mu

Hindari Konflik Peran, Perempuan Harus Berkembang!

Published
Categorized as News, Pilihan

Fajar baru menjelang. Ni Putu Widi Sinthia sudah tahu apa yang harus segera ia lakukan. Jadwal kerjanya di pagi hari cenderung luang, artinya, ia punya waktu untuk memasak dan membersihkan rumah dahulu. Setelahnya, Quality Assurance and Customer Satisfaction di Sekolah.mu ini bisa mulai bekerja.

Jadwal Aisyiah Kurnia Sari berbeda lagi. Selain bekerja, Data Analytics Manager di Sekolah.mu ini juga mesti mendampingi anaknya bersekolah, baik luring maupun daring. Ais, begitu ia biasa dipanggil, memasukkan sesi mendampingi anak itu ke kalender kerjanya agar slot waktu itu tidak terganggu. 

Kisah tentang perempuan yang bergelut dengan peran domestik sebagai ibu, istri, dan anak serta peran publik sebagai pekerja tak asing lagi di telinga kita. Keadaan ini biasa disebut dengan peran ganda. 

Namun, ketika kita menempatkan diri di posisi itu, ternyata juggling tugas dan peran tak semudah kelihatannya. Tak jarang perempuan mengalami konflik peran–ketika ia harus melakukan tugas dari satu peran yang tak sejalan dengan peran lain. Misalnya, ketika ia harus bekerja, tetapi anaknya sakit sehingga ia harus memilih: kerja atau merawat anaknya?

Konflik peran di dunia kerja

Konflik peran yang dialami perempuan kerap membuat kariernya terhambat. Tidak sedikit perusahaan yang memilih pekerja laki-laki karena dianggap lebih bisa diandalkan. 

Bahkan, kita mengenal fenomena glass ceiling ketika perempuan mengalami kesulitan menduduki posisi pengambil keputusan. Diskriminasi vertikal ini masih menjadi permasalahan di Indonesia, di mana hanya sekitar 33% perempuan menduduki posisi manajemen.

Sekolah.mu berupaya untuk memecahkan fenomena ini. Dipimpin oleh perempuan, banyak pula perempuan yang menduduki posisi strategis di level manajerial dan lead. Tak hanya itu, Sekolah.mu juga berupaya menjadi tempat kerja yang nyaman bagi perempuan.

“Kadang kalau meeting, anak masuk minta ini-itu, sudah biasa. Alhamdulillahnya teman-teman toleransi, pasti bilang, urusin aja dulu anaknya,” kata Ais. 

Putu juga menyuarakan hal yang sama. Dengan fleksibilitas jam kerja dan tidak adanya keharusan work from office tiap hari, ia dapat menjalankan perannya sebagai istri dengan maksimal. “Bisa ngurusin suami, ngurusin rumah, lebih aman juga di rumah semasa pandemi ini,” ujarnya.

Dengan fleksibilitas yang ditawarkan, diharapkan para perempuan di Sekolah.mu bisa menghindari konflik peran. Lebih jauh lagi, kita ingin bersama-sama maju dan mengembangkan diri semaksimal mungkin tanpa adanya glass ceiling!

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *