Lebih Sehat dengan Nikmati Guilty Pleasure-mu!
Maraton nonton series sampai berjam-jam. Pesan delivery makanan padahal kita bisa masak sendiri. Beli tas mahal yang sudah diincar sekian lama. Makan junkfood di akhir pekan.
Apakah kamu merasa bersalah ketika melakukan hal-hal tersebut? Dikenal sebagai “guilty pleasure” atau kesenangan yang menimbulkan perasaan bersalah, hal-hal di atas bisa jadi bikin kita nggak enak hati setelah melakukannya. Tapi, apakah guilty pleasure selalu bersifat negatif?
Guilty pleasure adalah sesuatu yang kita nikmati, tapi kita tahu tak semestinya demikian, atau hal yang jika kita sukai menimbulkan kesan negatif tentang diri kita sendiri, demikian kata Sami Schalk, asisten profesor Studi Gender dan Perempuan di University of Wisconsin-Madison.
Kesenangan dan rasa bersalah bisa saling berkelindan dalam beberapa hal. Rasa bersalah tentu jadi motivator bagi kita untuk mengubah perilaku yang tak kita sukai. Sementara itu, rasa malu–ketika perilaku kita menjadikan kita orang yang tidak baik–tidak bersifat produktif. Maka, kita perlu membedakan antara rasa bersalah atau malu ketika kita melakukan suatu hal yang mungkin bersifat negatif.
Guilty pleasure muncul ketika kita melakukan hal-hal yang mungkin dianggap tidak terlalu baik, namun tidak merugikan siapapun. Hal ini berakar pada perfeksionisme dalam masyarakat, ketika rasa senang dianggap tidak baik dan memanjakan diri sendiri.
Padahal, tak ada yang salah dari rasa senang. Badan kita, terutama di bagian syaraf, terprogram untuk merasa senang, kata Adrienne Maree Brown, penulis Pleasure Activism: The Politics of Feeling Good. Rasa ini teropresi berabad-abad oleh aturan masyarakat yang menuntut seseorang untuk terus produktif tanpa harus menuntut imbalan.
Lebih dari itu, kegiatan non-produktif sebenarnya membantu untuk menyeimbangkan kembali sumber daya psikologis seseorang, ujar profesor komunikasi University of California, Santa Barbara, Robin Nabi.
Guilty pleasure juga biasanya berkaitan dengan selera pilihan di masyarakat. Nonton berita dianggap biasa, tapi nonton reality TV dianggap negatif. Membeli barang branded dianggap pemborosan, padahal jika kita memang punya budget, kenapa tidak?
Bagaimana kita bisa menghilangkan guilty pleasure?
Salah satunya adalah dengan menyeimbangkan kegiatan produktif dan non-produktif secara rasional. Maraton series tentu tak mengganggu apabila hanya dilakukan sesekali. Main game pun tak akan mengganggu aktivitas sehari-hari kita ketika dilakukan di waktu luang. Menurut Adrienne, melakukan hal-hal sesuai kebutuhan psikologis manusia bukanlah hal yang negatif.
Dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan secara seimbang, kita juga mempraktikkan self-love lho. Yuk, sayangi dan hargai diri kita dengan melakukan guilty pleasure!