Maksimalkan Sesi Brainstorming, Ini Caranya
Sesi brainstorming pasti nggak lepas dari keseharian kita yang bekerja dalam tim. Ia bisa jadi pisau bermata dua: sementara ada ide-ide baru, ada pula tekanan bagi anggota tim yang merasa harus melempar ide di momen yang bersamaan. Timbul pertanyaan: bagaimana kita bisa memaksimalkan sesi brainstorming sekaligus memberi ruang yang aman dan nyaman bagi anggota tim untuk bersuara?
Secara psikologis, tekanan di sesi brainstorming muncul karena ada dua aktivitas yang harus dikerjakan: aktivitas mental di internal diri dalam menggodok ide, dan di saat bersamaan berpartisipasi dalam aktivitas verbal yang sifatnya eksternal. Tantangan untuk sesi brainstorming yang sehat adalah bagaimana kita bisa menyeimbangkan kedua aktivitas tersebut.
Brian Janosch, mantan jurnalis media satir The Onion berbagi tips dalam TEDx tentang bagaimana menerapkan sesi brainstorming yang kreatif dan efektif.

- Buat pertanyaan pemicu yang tak biasa
Untuk mendapat ide-ide terbaik, pertanyaan pemicu pun harus dibuat dengan cermat. Pertanyaan yang terlalu terbuka akan mendapat jawaban yang terlalu luas dan tidak jelas; pertanyaan yang terlalu rinci bisa jadi hanya menghasilkan satu jawaban pasti. Maka, tugas dari penyelenggara brainstorming adalah menghasilkan pertanyaan pemicu yang berada di tengah-tengah. Salah satu caranya adalah dengan menempatkan diri di sisi user produk atau jasa kita, misalnya “bagaimana kita membuat konsumen melihat produk kita dari perspektif baru?”
- Jaga ide-ide untuk tetap singkat
Anggaplah sesi brainstorming seperti elevator pitch* yang harus dijalankan dengan cepat. Salah satu cara untuk menjaga ide tetap singkat adalah menggunakan lembaran post-it. Kita juga bisa memberikan batasan jumlah kata untuk tiap ide. Mengapa demikian? Batasan tersebut akan memaksa si pembuat untuk memberikan kedalaman dan ketelitian dari tiap ide. Ide singkat juga akan memberikan ruang untuk berimajinasi dan berkreasi bagi tim, sehingga lebih banyak waktu digunakan untuk menggodok sisi kreatif tersebut.
- Beri ruang untuk brainstorming secara personal
Karakter brainstorming yang bisa jadi tekanan adalah keharusan untuk menyuarakan ide-ide di ruang publik dengan segera. Padahal, bagi banyak orang, ide kreatif justru muncul ketika mereka sendiri. Karena itu, kita bisa memberi ruang sejenak untuk tiap anggota tim brainstorming secara personal sebelum kemudian bertemu di ruang bersama. Kita bisa belajar dari Elizabeth Gilbert dalam bukunya Big Magic:
“Creativity is sacred, and it is not sacred. What we make matters enormously, and it doesn’t matter at all. We toil alone, and we are accompanied by spirits. We are terrified, and we are brave. Art is a crushing chore and a wonderful privilege. Only when we are at our most playful can divinity finally get serious with us. Make space for all these paradoxes to be equally true inside your soul, and I promise—you can make anything. So please calm down now and get back to work, okay? The treasures that are hidden inside you are hoping you will say yes.”
- Gunakan sesi brainstorming untuk membangun ide, bukan mencarinya
Setelah sesi brainstorming personal, kita bisa menggunakan sesi bersama untuk membangun ide-ide yang telah terbentuk secara fundamental. Ibarat membangun furnitur, pasti akan ada bongkar-pasang, tetapi kita sudah punya fondasi untuk bergerak bersama. Ini akan menghemat waktu dan memaksimalkan kreativitas tim dalam menghasilkan karya.
- Jangan takut anonimitas
Tak bisa dipungkiri, kadang brainstorming jadi menakutkan karena ide yang ditolak bisa jadi masalah personal. Jangan takut untuk mengadakan sesi brainstorming secara anonim–atau sejak awal, tekankan bahwa tiap ide tidak mewakili personal pencetusnya.
Baca juga: 5 Apps Ini Bantu Kamu Kerja Remote!
Dengan memaksimalkan sesi brainstorming, kita bisa punya ide-ide kreatif dan brilian yang kemudian jadi karya bersama. Yuk coba terapkan tips brainstorming ini ke tim kalian!