Blended Learning Solusi Pembelajaran Masa Depan - Sekolah.mu

Blended Learning Solusi Pembelajaran Masa Depan

Published
Categorized as Event, News, Pilihan, Tips Tagged ,

Blended learning adalah solusi bagi pembelajaran masa depan. Metode pembelajaran yang terintegrasi digital ini juga membutuhkan peranan guru sebagai penggerak di dalamnya. 

Laksmi Wijayanti, Academic Director Sekolah Murid Merdeka, berbagi kisah dalam Webinar Pembelajaran Masa Depan: Belajar Seru dengan Metode Blended Learning, tentang kisah di balik blended learning. Sekolah Murid Merdeka sendiri telah menerapkan blended learning sejak 2019. “Itu saja kita merasa sudah terlambat memulai,” kata Laksmi yang akrab dipanggil Bu Ami ini. Berikut adalah insight yang didapatkan Bu Ami selama menjadi pengajar di Sekolah Murid Merdeka. 

Blended learning di Indonesia

Metode blended learning pertama kali muncul pada 1960-an, namun pertama kali dikonkritkan pada 2006 lewat buku Handbook of Blended Learning oleh Charles R. Graham dan Curtis Jay Bonk. Pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran dirasa makin mendesak seiring dengan pesatnya perkembangan internet dan berbagai gawai di abad ke-21 ini.

Di Indonesia, blended learning belum menjadi pilihan utama sampai ketika pandemi melanda. Namun, tidak banyak sekolah yang siap dengan metode ini karena keterbatasan sumber daya. Pembelajaran di masa pandemi masih banyak dilakukan dengan sekadar memindahkan ruang kelas ke platform digital. Sifatnya pun mirip dengan pembelajaran masa lalu: guru menjadi satu-satunya sumber ilmu, ada tugas dan PR sebagai penguatan, dan kemampuan siswa dites dalam kurun waktu 2 jam tiap 3-6 bulan sekali.

Bu Ami menyampaikan, kebutuhan siswa di masa kini dan masa depan sudah tidak lagi tercukupi dengan pembelajaran masa lalu yang sifatnya general. Ketika pembelajaran masa lalu sekadar dipindahkan ke platform digital, berbagai kendala timbul. Murid bosan dan sulit belajar, malas dan lelah dengan tugas yang banyak, serta kesepian. Guru dilanda keraguan pada diri sendiri, bingung menentukan aktivitas belajar, dan sulit menjangkau serta memantau murid. Orang tua cenderung stres, cemas akan perkembangan anak, dan sulit berkomunikasi serta kurang puas dengan Pembelajaran Jarak Jauh.

Oleh karenanya, blended learning pun memiliki konsep-konsep yang tidak lagi sama dengan pembelajaran masa lalu. Konten Pedagogis Teknologi (KPT) memandu guru dalam membuat pembelajaran yang terpersonalisasi dan terintegrasi digital sesuai kebutuhan tiap murid.

 

 

Pembelajaran di masa depan

Transformasi digital tidaklah sekadar memindahkan ruang kelas ke platform digital. Dengan SAMR Model, transformasi dapat dilakukan bertahap hingga kita bisa mendefinisikan ulang arti pembelajaran. 

SAMR atau Substitusi, Augmentasi, Modifikasi, dan Redefinisi, adalah model yang kerap digunakan dalam mengembangkan pembelajaran digital. Dalam tahap substitusi, teknologi berperan langsung menggantikan pembelajaran konvensional, misalnya bahan ajar buku menjadi PDF. Dalam tahap Augmentasi, pembelajaran dirancang kreatif dengan fitur digital, contohnya kuis menggunakan Kahoot. Dalam Modifikasi, guru telah menggunakan Learning Management System (LMS) seperti Sekolah.mu dalam menjalankan berbagai aktivitas, misalnya mengunggah tugas dan memberi nilai. Terakhir, dalam tahap Redefinisi, teknologi memungkinkan aktivitas baru yang sebelumnya tidak dapat dilakukan, misalnya siswa bisa berkomunikasi satu sama lain dari jarak jauh. 

Blended learning dilakukan dengan metode sinkronus atau pembelajaran langsung dan asinkronus atau pembelajaran mandiri. Keduanya saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan murid. Dalam pembelajaran sinkronus, guru dan murid berada di tempat yang sama dan saling berkomunikasi, baik pertemuan langsung maupun jarak jauh. Lewat interaksi dan diskusi, murid mendapatkan umpan balik langsung dan tidak merasakan kesepian saat belajar.

Sementara itu, pembelajaran asinkronus dilakukan secara mandiri lewat LMS. Murid mendapatkan kesempatan belajar sendiri sesuai minat dan kebutuhannya. Kegiatan yang dilakukan bervariasi dan waktunya pun fleksibel.

Peranan guru

Dalam blended learning, guru memegang peranan utama dalam mengembangkan siswa. Guru bukan hanya pengajar. Guru juga menjadi Learning Designer dalam merancang kurikulum yang sesuai kebutuhan siswanya. Selain itu, guru menjadi konten kreator dan bahkan influencer. 

Dalam menerapkan blended learning, guru harus memahami dan menyadari bahwa tujuan belajar dan aspek pedagogik menjadi hal utama sebelum pemilihan teknologi yang tepat. Proses belajar memungkinkan adanya kolaborasi antara guru, siswa, dan pihak lainnya dengan pendampingan yang berorientasi pada kebutuhan anak. Teknologi ada untuk pembelajaran yang lebih mudah, murah, dan efisien, bukan sebaliknya.

“Peran guru di masa depan sangat penting. Bukan hanya sebagai guru, tapi juga konten kreator, learning designer, dan influencer. Murid-murid sudah berada di masa depan, pastikan kita sejalan dengan zaman, karena guru adalah pembelajar sepanjang hayat.” – Laksmi Wijayanti. 

Baca juga: Everywhere, Everyday Heroes

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *