Seni Menerima Kritik Konstruktif
Di awal tahun ini, sudahkah kamu menjalani Performance Review di tempat kerjamu? Dengan adanya penilaian kinerja, tentunya kamu juga akan menerima berbagai macam feedback, tidak terkecuali kritik yang konstruktif. Terkadang, kritik menjadi hal yang ditakutkan dan sensitif bagi seseorang. Yuk kenali seninya menerima kritik konstruktif agar kita terus bisa berkembang dan menjadi personal yang lebih baik!
Filter jenis kritik
KBBI mendefinisikan kritik sebagai “kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.” Tentunya, kita bisa membagi kritik menjadi dua jenis yakni konstruktif dan destruktif dengan menganalisa beberapa pertanyaan ini:
- Siapa yang memberikan kritik?
- Apa tujuan dari kritik tersebut? Jika tujuannya memang baik, kita wajib mendengarkan dan menganalisanya. Namun, kadang ada juga kritik yang disampaikan berdasarkan rasa frustrasi atau kesal tanpa ada tujuan yang jelas. Kita bisa memproses secara berbeda, atau bahkan mengabaikannya sama sekali.
- Bagaimana nada bicara atau bahasa tubuh pengkritik? Kita bisa melihat gestur yang tulus jika kritik disampaikan untuk membantu kita alih-alih menjatuhkan. Ada respek yang mutual antara pengkritik dan penerima kritik yang tercermin dari bahasa tubuh.
- Apakah hal yang dikritik terasa benar dalam hati kita? Ada kalanya, hal yang dikritik memang sesuatu yang kita tahu merupakan kelemahan. Ingat bahwa kritik tersebut adalah hal yang membangun agar kita bisa membenahi kelemahan itu sehingga kita bisa terus berkembang.

Cara menerima kritik
Mendengar sesuatu yang tajam bisa jadi menyakitkan sekalipun kita sudah mempersiapkan diri. Berikut adalah roadmap untuk menerima kritik konstruktif!
Dengarkan dengan jernih
Tatkala menerima kritik konstruktif, bukalah pikiran dan hati selebar mungkin. Terima apa yang disampaikan tanpa bersikap defensif di awal. Sekalipun hal yang kita terima mungkin sulit didengar, ketika kita membuka pikiran, kita sudah maju satu langkah untuk terus berkembang.
Validasi perasaanmu
Jika kamu merasa terluka, tersinggung, atau marah ketika mendengar kritik, terimalah gelombang emosi itu. Kamu bisa duduk sejenak setelah menerima kritik untuk memproses emosi yang kamu alami. Apapun yang kamu rasakan adalah valid. Namun, ingat bahwa kritik tersebut ditujukan mungkin bukan pada pribadimu, namun pada tindakan atau hasil karya–yang merupakan sebagian kecil saja dari dirimu yang utuh. Ingat bahwa tujuan dari kritik tersebut adalah agar kamu bisa menjadi orang yang lebih baik. Lebih jauh lagi, kritik datang dari kepedulian terhadap dirimu.
Belajar dan berkembang
Setelah kamu bisa memproses emosimu, yuk analisa kritik yang disampaikan. Atur cara agar kamu bisa belajar dari kritik itu dan buat rencana aksi yang konkrit. Mungkin kamu perlu mengikuti pelatihan agar skill dan karyamu membaik? Atau, justru perlu konseling untuk mengelola emosi sehingga lebih stabil? Apapun bentuknya, jadikan kritik sebagai batu pijakan untukmu belajar dan berkembang lebih jauh lagi.
Kritik bisa jadi sesuatu yang menakutkan. Namun, kritik juga bisa jadi batu lompatan untuk kita berkembang baik dalam karier maupun kehidupan personal. Yuk belajar menerima dan mengelola kritik konstruktif agar kita bisa menjadi personal yang lebih baik lagi!