How To Keep Your Passion Flaming - Sekolah.mu

How To Keep Your Passion Flaming

Published
Categorized as Event, News, Pilihan, Tips Tagged , , ,

Di bulan Maret ini, pasti banyak Muvers yang udah ngegas kenceng banget buat mencapai target-target kerjaan. Wajar banget kalau sesekali kita lelah. Yuk rehat sejenak untuk kemudian bangkit lagi.

Dari segala tantangan kerjaan, yang paling penting adalah kita punya semangat kerja yang berkelanjutan jangka panjang. Kalo udah punya itu, sekalipun capek fisik, kita bakal tetap happy melanjutkan kerjaan dengan segala challenge-nya. 

Kali ini tim Inside Sekolah.mu ngobrol sama 4 Muvers terpilih yang berbagi tips tentang menumbuhkan dan merawat semangat kerja! Cus scroll obrolan kita di bawah ini~

Dila Arum Kusumastuti, Career Development Specialist, Karier.mu

Sebagai lulusan psikologi, Dila sempat bekerja di bidang lain sebelum mendapatkan panggilan sebagai career coach. Nggak tanggung-tanggung, ibu satu anak ini bekerja sambil menempuh pendidikan S2 pula! Gimana ya cara Dila untuk recharge di tengah kesibukannya?

Panggilan hati

Perempuan yang berdomisili di Surabaya ini pertama kali tahu Sekolah.mu lewat salah satu tayangan di media massa. Saat itu ia menyaksikan COO Sekolah.mu, Radinka Qiera atau lebih akrab dipanggil dengan Mbak Inka, menjelaskan tentang Karier.mu. Di saat yang sama, Dila tengah mengalami fase pergumulan tentang arah kariernya. 

“Nggak tahu mau ke mana, jadi aku inkubasi dan berusaha redefinisi career goal di mana. Beberapa tahun bekerja sebagai HR, aku belum menemukan apa yang aku inginkan. Di sela-sela mencari petunjuk aku sadar kalau aku tertarik ke arah development career seseorang,” katanya.

Bekerja di startup pasti membuahkan tantangan yang unik. Dila sendiri menganggap tantangan terbesarnya adalah perubahan yang selalu berlangsung, misalnya struktur organisasi atau job description. Meskipun demikian, ia menikmati tantangan itu sesuai dengan karakternya yang suka pekerjaan dinamis. 

Atur waktu dan energi

Menjalani peran sebagai ibu, istri, pekerja, dan mahasiswa tentu butuh usaha lebih. Salah satu hal yang biasa Dila lakukan agar ia bisa menjalaninya dengan baik adalah journaling sebelum tidur. “Setelah bangun, aku ke meja belajar dan ngecek catatan. Jadi bisa siap-siap hari ini ada ke-hectic-an apa atau malah agak longgar.”

Setelah fokus ke keluarga dan membereskan rumah di pagi hari, Dila memulai kerja di jam 8 pagi. Sebagai orang ekstrovert, Dila pun lebih suka bekerja sambil berinteraksi dengan orang lain, sehingga ia biasanya bekerja di kampus atau bekerja bareng teman di luar rumah. Waktunya setelah bekerja dihabiskan untuk fokus pada keluarga. 

Cara Dila menghadapi tantangan dan kesibukannya adalah dengan secara penuh menyadari bahwa ini adalah yang ia inginkan. “Dengan segala tantangan, perjalanan dinas ke sana-sini, aku merasa bahwa “ini yang aku impikan.” Jadi banyak bersyukurnya walaupun lagi capek. Lebih sadar bahwa aku ternyata bisa melakukan sesuatu, ya,” tuturnya. Passion dan purpose pun menjadi bahan bakar Dila.

Ia pun berusaha mengatur ekspektasi pada diri sendiri. Jika capek dan mengeluh, Dila biasa self talk untuk memecut semangat lagi. Dila pun menjaga diri untuk tidak jatuh pada stereotipe high quality mothers yang sempurna. Kalau capek, ia mendelegasi tugas yang bisa didelegasikan kepada orang lain, misalnya laundry untuk cuci baju. “Semua harus aku sesuaikan. Alhamdulillah aku pun mendapat dukungan penuh dari suami, orang tua, dan mertua dalam menjalani mimpi ini,” pungkasnya. 




Salsabila Patria, UI/UX Designer, Product

Perempuan yang akrab dipanggil Salsa ini memiliki minat lebih di pendidikan dan IT sehingga memilih bergabung dengan Sekolah.mu. Setelah menempuh pendidikan IT, Salsa menemukan ketertarikan di bidang UI/UX Designer. Kini ia bergabung dengan tim Product Design Core yang secara spesifik berfokus pada keseluruhan product design di PT SID.

Awalnya bergabung di Tribe School Solution, perpindahan ke tim baru menjadi tantangan bagi Salsa. Ia harus beradaptasi dengan tim baru sekaligus meraih target-target baru di tahun ini. Terdapat beberapa project besar yang di-handle, antara lain berkaitan dengan dokumentasi design system di tim Product Design Core. 

Routine and recharge

Untuk mempersiapkan diri bekerja, biasanya Salsa mencatat agendanya seminggu ke depan sehingga ia tahu apa yang akan dihadapi. Di pagi hari ia wajib ibadah dan mandi pagi agar siap menjalani hari. “Pokoknya harus mandi, kalau nggak mandi rasanya nggak refreshed aja,” katanya.

Setelah duduk seharian untuk bekerja, Salsa biasanya mengalokasikan waktu sekitar 15-20 menit di sore hari untuk berolahraga. “Karena di kursi terus, harus olahraga biar nggak back pain,” ucapnya. 

Ingat tujuan

Salah satu cara Salsa menyemangati diri adalah mengingat kembali tujuan besar dalam bekerja di Sekolah.mu. “Mungkin terlihatnya kecil untuk bantu pendidikan di Indonesia, tapi aku tuh ternyata bagian dari pergerakan itu,” katanya. Karena ia bergabung dengan Persekutuan Siswa se-Indonesia, Salsa juga sering mendapat kabar tentang pendidikan di daerah terpencil. Ia pun menulis di post-it “ingat [nama siswa]” untuk kembali ingat tujuan bekerja. 

Tak bisa dipungkiri, kesibukan sehari-hari tentunya bisa berpengaruh pada mood. Salsa memanfaatkan sesi konseling dari PION Clinician sebagai salah satu benefit karyawan PT SID untuk menjalani konseling. Salah satu tips yang ia praktikkan ketika mood kurang enak adalah ambil waktu 30 detik lalu tarik napas dalam-dalam sebelum berkegiatan lagi. Setelah itu biasanya ia lanjutkan dengan melakukan hal menyenangkan, misalnya mendengar lagu atau jajan. “Aku sering makan di warteg juga biar keluar kamar dan dapat suasana baru,” kata Salsa. 

Jahns Michael, Frontend Developer, Technology

Pengalaman kuliah online di masa pandemi mengantarkan Jahns untuk berkarier di edutech. Ternyata, pendidikan secara online dengan memanfaatkan teknologi bisa membuat pembelajaran lebih baik karena tidak ada waktu terbuang. “E-learning tuh esensial banget dan mengubah cara kita belajar. Itu awalnya kenapa aku ingin berkarier di edutech,” ujarnya. 

Sekolah.mu adalah tempat pertama Jahns bekerja selepas lulus kuliah. Oleh karena itu, masih ada beberapa hal yang menjadi tantangan baginya. Salah satunya adalah menghadapi tantangan backlog ketika mengembangkan suatu fitur. “Kadang sampe nggak kepikiran gimana cara ngodingin-nya,” katanya. Ini menjadi hambatan karena jika belum mengetahui solusinya, tugas pun tidak bisa diselesaikan.

Tantangan lain adalah membagi waktu dengan efektif. Sekalipun jadwal meeting dan sprint di tim sudah terjadwal dengan baik, Jahns kadang merasa bahwa WFH menyediakan ruang untuk prokrastinasi. “Kan di rumah, nggak ada yang nanyain, jadi ini malah bikin waktu berantakan,” ujarnya.

Setelah 5 bulan bekerja, Jahns mulai menemukan solusinya. Ia bisa bertanya kepada atasan atau teman setim untuk membedah komponen , atau belajar sendiri dari berbagai sumber di internet. Kalau masih sulit diterapkan, ia berdiskusi dengan tim Product untuk menyesuaikan kembali fitur tersebut. 

Jahns pun memanfaatkan time blocking untuk memanajemen waktunya. Ia mengatur waktu fokus, misalnya dua jam, tanpa gangguan apapun agar bisa menyelesaikan pekerjaan. Setelah dua jam ia beristirahat sejenak, misalnya maksimal 30 menit, lalu kembali lagi ke focus time. Hal ini cukup membantunya untuk produktif namun tidak sampai burnout. “Kalau kerja nonstop, biasanya otak malah mentok dan jadi mumet,” ujar lelaki yang berdomisili di Jakarta ini.

Morning routine

Jahns mengaku ia bukanlah orang yang langsung produktif di pagi hari. Untuk bisa siap bekerja, biasanya ia membereskan kamar, mandi, dan ngopi terlebih dahulu. “Kalau nggak gitu, rasanya kurang fresh aja,” ucapnya. Kalaupun belum sempat mengerjakannya, begitu ada waktu kosong Jahns pasti menyempatkan diri menyelesaikan ketiga hal tersebut. 

Ia juga punya cara sendiri untuk recharge diri dengan cara menghabiskan waktu bersama orang terdekat. Jahns selalu menyempatkan diri untuk bertemu teman baik setelah jam kerja maupun di akhir pekan. Jika tidak bisa pergi keluar, mereka memanfaatkan tools seperti Discord. Penting bagi Jahns untuk punya teman di luar lingkaran kerja untuk bisa refreshing total. Di akhir pekan pun biasanya ia menghabiskan waktu dengan keluarga. 

 

Semangat kerja Jahns pun bisa dipantik karena kesukaannya ke dunia frontend. “Kalau membuat fitur di web yang bisa dideliver dengan baik, ada kebanggaan sendiri bahwa itu saya yang mengerjakan dan selesai tanpa keluhan. Jadi penting untuk antusias di bidang kerja karena rasa capek terbayarkan dengan kepuasan tersendiri,” tuturnya. 




Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *