How to Set Boundaries At Work - Sekolah.mu

How to Set Boundaries At Work

Published
Categorized as Event, News, Pilihan Tagged , , , , ,

Deadline datang, tapi tugas belum selesai saking banyaknya yang harus dikerjakan. Ujung-ujungnya harus lembur; kesehatan fisik dan mental pun terganggu. Siapa nih yang relate dengan hal ini? Banyak hal yang menjadi faktor pencetus menumpuknya kerjaan sampai kita kelimpungan. Salah satu yang terpenting adalah kita sulit menciptakan batasan dan sungkan untuk menolak pekerjaan. Yuk, pelajari lebih lanjut tentang cara menciptakan batasan yang sehat di dunia kerja!

Batasan profesional

Mengeset batasan di ranah pekerjaan memang bukan hal yang mudah. Tidak jarang, kita merasa sungkan atau segan tatkala menerapkan batas ini. Namun, batasan di dunia kerja akan membantu kita menciptakan kehidupan profesional yang sehat dengan membantu kita memisahkan dunia kerja dan personal secara efektif. Tanpa batasan, banyak dampak negatif yang justru bisa merugikan kita dalam jangka pendek maupun panjang.

Banyak benefit yang bisa kita dapatkan dari mengeset batasan di dunia kerja, misalnya lebih produktif, beban kerja yang seimbang, dan tingkat stres kerja yang lebih rendah. Kamu juga bisa menjadi contoh bagi rekan-rekan untuk pola kerja yang lebih sehat. 

Batasan di dunia kerja bisa dibagi menjadi batasan fisik, emosional, dan mental. Batasan fisik misalnya kamu memilih untuk menggunakan headphone ketika bekerja sebagai sinyal agar tidak diganggu. Batasan emosional membantumu untuk memproses emosi ketika bekerja tanpa terganggu emosi negatif dari pekerjaan atau rekan kerja lain. Contohnya, mendelegasikan pekerjaan sesuai kemampuan. 

Sementara itu, batasan mental membantumu fokus menyelesaikan tugas. Contohnya, mengeset agenda untuk tiap tugas, tidak terlibat dalam gosip kantor, atau menentukan focus time agar tidak diganggu rekan kerja saat harus berkonsentrasi penuh. 

Bagaimana cara kita mengeset batasan yang sehat di dunia kerja ya? Yuk, simak tips berikut ini. 

Buat skala prioritas

Tidak semua tugas yang datang harus kita kerjakan lho. Sebelum kelimpungan, yuk set prioritasmu dengan jelas! Kamu bisa pakai berbagai tools, salah satunya dengan menggunakan Matrix Eisenhower. Masukkan setiap tugasmu ke kuadran yang cocok sesuai dengan tingkat kepentingan dan urgensinya. Dari sana, kamu akan tahu tugas yang perlu dikerjakan dan diprioritaskan; tugas yang bisa dikerjakan kemudian; tugas yang bisa didelegasikan; serta tugas yang tak perlu dikerjakan sama sekali.

Sumber: https://conceptboard.com/blog/priority-matrix-free-template-conceptboard/

Belajar delegasi

Biarpun tampaknya simpel dan membantu, mendelegasikan tugas bukan hal yang mudah lho. Ada orang yang sulit mendelegasikan karena trust issue, kecenderungan micromanaging, dan lain-lain. Agar kamu bisa mendelegasikan tugas dengan baik, kamu perlu persiapan sebelumnya, misalnya memberikan pelatihan kepada bawahan, belajar untuk percaya, dan mengeset metriks serta target yang jelas.

Menentukan beban kerja

Kita perlu menyadari bahwa setiap proyek terdiri atas tugas-tugas harian yang harus diselesaikan. Tentukan beban kerjamu tiap hari dengan menentukan waktu dan tingkat konsentrasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tugas. Kamu juga bisa menerapkan berbagai strategi untuk membagi beban kerja, misalnya dengan menerapkan Teknik Pomodoro.

Komunikasikan dengan jelas

Kerja tim akan lebih lancar ketika semua anggota berkomunikasi tentang batasan kerja mereka. Atur sesi untuk mendiskusikan cara kerja terbaik dalam tim. Kamu bisa membuat dokumen atau manual untuk mengerti batasan tiap orang, misalnya dengan membuat panduan Work With Me yang berisi batasan komunikasi, kebiasaan kerja, atau mengantisipasi perbedaan pola kerja yang berpotensi menimbulkan konflik. 

Jujur dan terus terang

Komunikasikan batasanmu dengan jujur dan terus terang kepada semua pihak. Kalau kamu masih merasa takut, beri penjelasan mengenai skala prioritasmu saat ini yang menjadi alasan mengapa kamu nggak bisa bantu pekerjaan tambahan. Jangan lupa dua kata ajaib untuk membantu penyampaian batasan ini agar lebih diterima. Dengan “maaf” dan “terima kasih”, kamu bisa menolak tawaran pekerjaan tambahan tapi tetap terkesan sopan dan menghargai seperti “Terima kasih yaa atas tawarannya, tapi maaf…”. 

Menciptakan batasan yang sehat di dunia kerja mungkin awalnya sulit, apalagi  ketika kita adalah orang yang people pleaser. Tapi perlu diingat bahwa kamu sendiri memiliki batasan kemampuanmu dalam bekerja. Dengan batasan yang sehat, kamu akan lebih produktif dalam menyelesaikan tugas. Good luck and don’t forget to care about yourself yaa, MuFriends!




Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *