Muvers Journey in Optimizing Students Potential
“Kita adalah orang-orang terpilih yang memiliki kontribusi besar terhadap kualitas generasi penerus bangsa. Maka, lakukanlah semua tanggung jawab dengan ikhlas, karena keberhasilan murid berbanding lurus dengan kebahagiaan seorang guru.” – Nadia Cassinie
–
Peran guru dalam perkembangan diri seorang murid sulit digantikan. Tak hanya memberi ilmu, guru juga berperan mendampingi murid dalam mengembangkan potensi dirinya hingga meraih prestasi. Di Sekolah Murid Merdeka (SMM), prestasi tak hanya mencakup peringkat atau gelar juara. Prestasi terbesar seorang murid adalah ketika ia bisa menemukan potensi emasnya dan dapat berkembang sesuai dengan kompetensi yang ia miliki.
Nah, kali ini ada Bu Nadia dan Bu Asri yang bakal sharing kisah inspiratif mereka selama mendampingi murid untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki hingga mencapai prestasinya. Yuk, simak ceritanya sampai selesai!
Nadia Cassinie (Guru Matematika dan Pembina OSIS SMP – SMA, BU- Sekolah Murid Merdeka)
Perjalanan panjang dalam dunia pendidikan sudah dilalui oleh Bu Nadia selama 27 tahun lamanya sebagai guru matematika. Tentunya, sudah banyak kisah yang dilalui bersama muridnya selama ia menjadi guru. Ini cerita Bu Nadia dalam mendampingi para murid berprestasi di SMM.
Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi unik murid
Poin utama dari proses optimalisasi potensi murid ini menurut Bu Nadia adalah bagaimana guru dapat mengerti muridnya dengan baik. Ada beberapa tahap yang dilalui dalam perjalanan memaksimalkan potensi murid.
“Pertama, kita menampung ide dan gagasan dengan cara membiarkan murid untuk bebas mengemukakan ide, gagasan, dan pendapatnya,” tutur Bu Nadia. Menurutnya, sebenarnya murid memiliki pemikiran yang sangat luas. Namun, penyampaian ide-ide mereka kadang terhalang dengan sifat malu murid dan kurangnya kedekatan antara guru dengan murid. Jadi, memang sebelum mengenal lebih dalam muridnya, Bu Nadia akan menguatkan bonding-nya terlebih dahulu.
Tahap selanjutnya adalah mendengarkan dengan saksama. Pada tahap ini, guru harus benar-benar dapat memberikan ruang yang bebas kepada murid untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya. Tentunya, guru tak banyak berkomentar terhadap apa yang disampaikan murid.
Setelah mampu memberikan ruang yang leluasa dalam penyampaian informasi, yang terakhir adalah tahap diskusi. Tahap ini secara nggak langsung akan mengasah fleksibilitas guru dalam mendampingi murid. Ketika berperan sebagai fasilitator pembelajaran, guru harus bisa memposisikan diri sebagai kawan bicara murid.
Tahapan di atas menurut Bu Nadia sangat penting karena guru harus bisa mendampingi dan menjaga setiap plan yang murid buat untuk keep on track.
“Sebagai guru itu harus bisa menjaga dan mendampingi agar anak bisa fokus sesuai tujuannya. Jadi, ya mendampingi sampai apa yang ingin dilakukan oleh murid itu bisa terlaksana dengan baik,” ujar Bu Nadia.
Membangun iklim pembelajaran yang nyaman
Dalam perjalanan belajar, penting untuk membangun motivasi murid agar mampu terus belajar dan berkembang. Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru, terutama dalam menciptakan iklim pembelajaran yang dapat mendorong murid agar enjoy belajar. Tapi, Bu Nadia punya cara tersendiri yang cukup ampuh untuk menarik antusiasme dan mendorong murid menikmati waktu belajarnya. Cara ini ditempuh melalui beberapa siklus yang ia terapkan saat berada di kelas daring.
Saat awal masuk kelas, sebelum pembelajaran dimulai, Bu Nadia pasti akan menanyakan mood murid terlebih dahulu. Melalui cara ini, ia jadi tahu bagaimana perasaan murid sebelum dimulainya pembelajaran. Maka Bu Nadia dapat merancang strategi agar mood yang beragam itu nggak mengganggu proses pembelajaran yang akan berjalan.
Selanjutnya, Bu Nadia biasanya akan mengajak muridnya ngobrol santai. Bahasan saat ngobrol santai ini juga sangatlah random, bisa hanya sekadar tanya keadaan apakah ada yang sakit atau nggak. Selain tanya soal kabar, saat sesi ngobrol ini, Bu Nadia juga terkadang memberikan tebak-tebakan ringan. Uniknya, tebak-tebakan yang diberikan banyak di antaranya adalah penerapan teori matematika yang dipelajari di kelas. Jadi, sebenarnya pada saat ngobrol santai ini, murid sudah masuk sesi pembelajaran. Tapi, karena dikemas secara lebih fun, murid nggak sadar akan hal itu. Menurutnya, cara ini cukup ampuh untuk membangun iklim pembelajaran yang fun dan menghilangkan stereotip guru, khususnya guru matematika, yang banyak dipandang kaku.
“Spare waktu di awal kelas buat tanya keadaan mereka atau sekadar ngobrol singkat aja. Tujuannya, biar menghilangkan stereotip figur guru yang nggak bisa diajak ngobrol. Selain itu, di sesi ini juga biasa diselipkan tebak-tebakan yang sebenarnya itu materi matematika, tapi mereka nggak sadar,” kata Bu Nadia.
Terakhir, sebelum pembelajaran benar-benar dimulai, Bu Nadia juga selalu menyampaikan detail materi yang akan dibawakan. Saat itu, Bu Nadia nggak lupa menyampaikan bahwa yang penting adalah prosesnya, bukan cuma hasilnya.
“Selalu aku sampaikan, bahwa yang penting adalah prosesnya, bukan nilainya. Kalo melakukan proses dengan baik, hasil itu bakal ngikutin. Tapi kalo targetnya sekadar nilai, kadang nggak bisa menikmati prosesnya,” pungkas Bu Nadia menutup pembicaraan.
“Mendukung murid untuk berprestasi nggak hanya tentang nilai akademik, tapi juga membantu mereka berkembang sebagai individu yang mandiri, kreatif, dan berpikiran terbuka. Dengan mendukung mereka secara holistik, kita dapat membantu mereka mencapai potensi terbaiknya.” – Asriyantie
–
Asriyantie (Guru SD 2 daring, Sekolah Murid Merdeka)
Perjalanannya di SMM diawali saat Bu Asri mengikuti program Ayo Jadi Guru oleh Karier.mu. Lewat program tersebut, ia sedikit banyak mulai mengenal profil SMM dan akhirnya memutuskan untuk magang menjadi guru di SMM. Hingga saat ini, Bu Asri terus memberikan ilmu dan motivasi kepada para murid untuk dapat terus berkembang.
Kolaborasi bersama orang tua
Memotivasi dan mendorong murid untuk dapat terus belajar dan berkembang bukan hanya tugas seorang guru saja. Ini adalah tugas seluruh pihak yang berkaitan dengan lingkungan seorang anak, terutama orang tua. Peranan guru dan orang tua ini harus bisa berjalan beriringan: guru akan banyak berperan di sekolah dan orang tua akan berperan ketika anak sedang berada di rumah.
Menurut Bu Asri, kunci utama kolaborasi bersama orang tua murid adalah adanya pendekatan yang baik dan kesamaan pemahaman.
“Tentunya penting sekali bagi saya untuk mengetahui juga profil orang tuanya agar dapat menjalin kolaborasi dengan baik terutama dalam hal memahami gaya belajar serta karakter anaknya,” Ujar Bu Asri.
Lewat kesamaan pemahaman gaya belajar dan karakter anak, guru dan orang tua dapat mendorong murid untuk dapat mencapai prestasinya. Eits, tapi perlu diingat kalau prestasi ini nggak cuma tentang nilai akademiknya aja.
“Prestasi di sini jangan hanya diartikan sempit sebagai memenangkan suatu kejuaraan, tetapi lebih kepada tercapainya kompetensi yang sesuai dengan fase perkembangan anak,” tutur Bu Asri.
Tantangan dalam proses memotivasi murid
Bukan hal yang mudah ketika mendorong dan memotivasi murid agar bisa berprestasi. Seperti yang sudah dilalui oleh Bu Asri, saat mendampingi murid juga sering kali menemukan berbagai tantangan. Tapi, ia memiliki strategi tersendiri untuk bisa mengatasi tantangan yang dihadapi.
“Tantangan yang dihadapi ketika memberikan atau menawarkan murid mengikuti lomba biasanya adalah soal perbedaan persepsi mengenai kompetisi dengan orang tua,” kata Bu Asri. Sejauh yang ia temukan, masih banyak orang tua yang lebih memilih proses kolaborasi dibandingkan dengan kompetisi. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena terkadang orang tua takut kalau anaknya akan merasa cemas, tertekan, atau mengurangi rasa percaya dirinya ketika gagal.
Nah ketika ia menemukan orang tua yang memiliki pemikiran tersebut, Bu Asri tahu kunci utamanya. Kuncinya adalah memberikan pemahaman terkait dengan konsep suatu kompetisi yang akan dihadapi oleh murid.
“Nah, di sini saya mencoba memberi sudut pandang lain, bahwa dengan mengikuti kompetisi maka anak-anak akan mengerahkan kemampuannya sehingga dia dapat menyadari bahwa dia memiliki kemampuan tersebut,” ucap Bu Asri. Bu Asri menekankan bahwa kompetisi bukan hanya tentang konsep menang atau kalah. Tapi, tentang bagaimana murid mampu mengeksplor potensi dirinya dan mengasah kemampuan sosial yang ia miliki.
Nggak hanya tantangan dari orang tua, tapi ada juga tantangan yang kerap muncul dari murid. Tantangannya adalah kesiapan murid untuk menghadapi kegagalan walaupun secara kemampuan sudah layak. Cara mengatasinya, Bu Asri akan benar-benar meyakinkan murid tentang kemampuan dirinya.
“Biasanya saya akan memberi dukungan dengan meyakinkan mereka akan kemampuannya dan mau menerima keadaan seandainya belum bisa memenangkan kompetisi tersebut,” tutur Bu Asri.
Selain memberikan dorongan tentang kemampuan murid, Bu Asri juga nggak lupa untuk memberikan pemahaman terkait konsep menang kalah di dalam suatu kompetisi. Menurutnya, dalam suatu kompetisi nggak akan mungkin semua menang atau semua kalah. Karena pasti ada yang menang dan yang kalah, tapi nggak mustahil juga untuk murid bisa berhasil.
“Pengalaman mengikuti kompetisi tentunya akan lebih berharga dari sekadar menang atau kalah,” pungkas Bu Asri.
Banyak tantangan yang dihadapi guru dalam perjalanan mendampingi siswa raih prestasi. Dengan kolaborasi dan motivasi, seluruh tantangan dapat dihadapi bersama-sama. Nah, kalau kamu saat ini merasa sedang menghadapi suatu kompetisi, jangan lupa konsep menang kalah menurut Bu Nadia dan Bu Asri: pengalaman yang kamu dapatkan jauh lebih berharga daripada mengejar kemenangan semata. Happy growing and don’t forget to appreciate yourself Muvers!